Jumat, 02 Desember 2011


Pengertian Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
  1. massa zat
  2. jenis zat (kalor jenis)
  3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 – t1)


atau


Q = m.c(Δt)

Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2-t1) atau Δt adalah perubahan suhu (C)


supaya gampang mengingat rumus diatas, bilang saja "Q = macet "
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis
  • Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
  • Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.(t2-t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru
H = m.c
Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor digunakan.
Grafik Perubahan Wujud Es
Keterangan :
Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5)


Kesimpulan:

jika untuk menghitung panas yang diperlukan untuk kenaikan suhu, digunakan rumus Q= m.c(Δt)

atau Q = macet ^^



untuk rumus panas yang diperlukan/dilepaskan  untuk merubah wujud zat dari padat menjadi cair(kalor lebur)/dari cair menjadi padat(kalor beku), digunakan rumus

Q = m.l

ato supaya cepat ingat dibaca Q = malem

untuk rumus panas yang diperlukan/dilepaskan  untuk merubah wujud zat dari cair menjadi gas(kalor uap)/dari cair menjadi padat(kalor embun), digunakan rumus



Q = m.u

ato supaya cepat ingat dibaca Q = malu


Kalor jenis
c =    Q   
   
      m.(Δt)


ato supaya cepat ingat dibaca c = Kumat

Kapasitas kalor

H =    Q   

       
        (Δt)


ato supaya cepat ingat dibaca H = Kata
Hubungan antara kalor dengan energi listrik
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W = Q
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W = P.t
Keterangan :
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 – t1) maka diperoleh persamaan ;
P.t = m.c.(t2 – t1)
Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan soal.
Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh :
Q lepas = Q terima
m1.c1.(t1 – ta) = m2.c2.(ta-t2)
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 – ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.


Sumber:
http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/23/kalor/

Jumat, 25 November 2011

Pelajaran IPA : Pemuaian

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu
Penyusutan adalah berkurangnya ukuran suatu benda karena penurunan suhu

Suatu benda walaupun memiliki panjang yang sama dan diberi panas yang sama pula, maka panjang di setiap benda berbeda pula. Karena semakin tinggi angka koefisien suatu benda, makin cepat panjang pula benda tersebut

Pemuaian dibagi menjadi 3 yaitu

1. Pemuaian Panjang

Dalam kehidupan sehari - hari, biasanya kita melihat kabel listrik yang dipinggir jalan dipasang longgar, kenapa?
truzz rumah kita yang beratap seng saat panas-panasanakan mengeluar kan bunyi, kenapa???
rel kereta api dibuat renggang,kenapa begitu?

why?kenapa?

Daripada galau kayak gitu, mending kita teliti dengan fisika
kabel listrik dipasang longgar supaya nggak putus di malam hari
atap seng saat panas panas mengeluarkan bunyi karena pemuaian seng,
rel kerta api dipasang renggang agar tidak bengkok.

naah gampang kan?

skrg kita coba dengan teori hitung2-ngan

rumusny adalah

L=L0 (1 + a (t2 - t1))
dimana:

L : Panjang benda setelah dipanaskan (m)

L0 : Panjang benda awal
a: alpha (koefisien muai panjang)
t2: Suhu Akhir
t1
: Suhu awal

Untuk mencari L digunakanlah rumus diatas...
Untuk mencari a (alpha) digunakan rumus seperti berikut:

a =      L - L0                

           L0  x (t2 - t1)


Untuk mencari L0, gunakanlah rumus seperti berikut:

L0 =          L          
       (1 + a (t2 - t1))


mencari t2 :

At(baca:delta t) (delta t = hasil dari (t2 - t1))

t2 = At + t1

mencari t1:

t1= t2 - At

UNTUK MENCARI At bila t2  tidak diketahui,,

At = 
t2 t


t2 = At  (   L - l0   )  + t1
           l0 x a









Contoh soal:

    
                                                                                                                                                 
Andi Mengukur sebuah besi sepanjang 50 cm pada suhu 20  derajat C

jika koefisien besi = 0,000012/derajat C, berapakah panjang di suhu 60 derajat C?

Answer:

Dik: a  = 0,000012/derajat C

        L0 = 50 cm
          At  = (60 - 20)derajat C = 40derajat C
tanya: L?
Jawab:

L = L0 (1 + a (t2 - t1))

L = 50 ( 1 + 0,000012 (60 - 20 = 40)
    = 50 (1 + 0,000012 (40)

    = 50 ( 1 + 0,00048)
    = 50 ( 1,00048)
    = 50,0024
GAMPANG KAN???


bila mncari t2


Seorang anak menemukan Besi
pnjang besi di suhu 15 derajat C adalah 2.300 cm
di suhu brpkah  hingga panjang besi tersebut mnjadi 2.302,346 stelah dipanaskan jika koefisien besi adalah 0,000012/
derajat C???

Dik: t
1 15 derajat 
        L0 = 2.300 cm
         L = 2.302,346
         a = 0,000012/derajat C
tanya : t2??


Jawab...


L=L0 ( 1 + a ( At))


t2 = At (   AL   ) + t1
              L0 x a
   = 2302,346 - 2300  + 15
      2300 x 0,000012


   =  2,346   + 15
      0,0276
   = 85 + 15


   = 100derajat C


Latihan...

arifin mengukur Baja dengan panjang 100 cm pada suhu 30 derajat C, pada suhu 90 derajat C panjang bajanya 100,066 cm..
berapakah koefisien baja tersebut??
buktikan dengan hitungan!





yg kedua pemuaian luas dan yang terakhir pemuaian Volume..
maaf disini cuma dibahas pemuaian panjang saja...

Sorry